Total Tayangan Halaman

Jumat, 26 Juni 2015

Keterampilan Bahasa Terpadu dengan Fokus Menulis



KEBAHASAAN
“KETERAMPILAN BAHASA TERPADU DENGAN
FOKUS MENULIS”


                                 
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Kebahasaan”
Dosen : Dema Tesniyadi, M.Pd


 


   
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9

1.      Diyan Putri Utami                             (2227131312)
2.      Emilia Oktafiani                                (2227131323)
3.      Husmilawati                                       (2227130314)

KELAS : 3A/PGSD


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014







A.    Pengertian Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Kemampuan itu bukan dibawah sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tidak pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan menulis. Siswa SD yang masuk sekolah diperkenalkan dengan bentuk huruf-huruf. Oleh karena itu, pada hakikatnya huruf-huruf itu dibentuk oleh garis-garis maka siswa diperkenalkan dan dilatih untuk membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Oleh karena itu, kalau kita perhatikan materi pokok pada semester 1 SD kelas 1, yaitu minggu-minggu pertama masuk sekolah, mereka dilatih untuk membuat garis-garis tersebut. Hal ini sesuai dengan materi pembelajaran menulis pada semester 1 yaitu:
a.       Garis lurus
b.      Garis putus-putus
c.       Garis lengkung
d.      Lingkaran dan
e.       Garis pembentuk lingkaran
Jadi, dikelas 1 SD ini siswa diperkenalkan dengan membuat/menulis  huruf-huruf atau alfabet dan merangkaikannya menjadi kata-kata. Disamping itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar, misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (merupakan kompetensi dasar menulis yang harus dikembangkan guru). Di SD kelas tinggi setelah siswa menguasai teknik menuluis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat-kalimat ini dirangkaikan menjadi paragraf dan yang terakhir paragraf-paragraf disusun menjadi sebuah wacana.


Menurut Pappas (dalam Nurchasanah,1994) dalam pengajaran bahasa terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut:
1.      Anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus menerus akan berpikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka pelajari dan mereka susun.
2.      Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial. Karena bahasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam. Bahas tidak dapat dipahami, diinterprestasika, dan dievaluasi tanpa dihubungkan dengan konteks sosial tempat bahasa itu digunakan. Bahas dipelajari melalui penggunaan aktual. Pola-pola bahasa yang bervariasi dipelajari dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan dan berbagai konteks sosial.
3.      Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Pengetahuan itu diorganisasikan dan disusun melalui interaksi sosial. Pengetahuan itu secara tiba-tiba akan berubah dalam kehidupanmereka dan dibangun dengan representasi mental yang didasarkan atas pengalaman individual. Selanjutnya, pengetahuan itu selalu dimodifikasi dan bersifat tentatif dan absolut dalam menyikapi objek. Karena anak-anak hidup dalam lingkungan sosial maka mereka akan selalu menyikapi budaya yang ada dilingkungannya dan keadaan sosial yang selalu berubah serta peristiwa-peristiwa sejarah.

Aplikasi ketiga prinsip diatas dalam pengajaran menulis, siswa perli dihadapkan dengan dunia nyata yang ada dilingkungan sosialnya. Mereka perlu dilatih untuk berinteraksi dengan kehidupan sosial mereka. Mereka perlu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan kehidupan nyata dengan bekal pengetahuan yang sudah mereka miliki. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menemukan masala yang akan ditulisnya dan lingkungan sosial mereka sendiri dan dapat mengembangakan masalah dan menata bahawa penulisan dengan kreativitas mereka sendiri. Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa tulis sesuai denga konteks pemakaian bahasa yang wajar. Untuk mencapai tujuan itu, pengajaran menulis bisa memadukan beberapa aspek pembelajaran bahasa baik bersifat kebahasaan maupun keterampilan sebagai bahan ajarnya, misalnya--- coba anda sebutkan!—ya, keterampilan menulis dipadukan dengan keterampilan menyimak/mendengarkan, membaca, atau dipadukan dengan pembelajaran kebahasaan, seperti kosakata, struktur, ejaan dan sebagainya.
Dalam proses pembelajaran terpadu ini peran guru sangat besar. Guru harus mampu menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa aktif untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Jadi, yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia denga fokus menulis adalah pembelajaran bahasa indonesia yang dipusatkan atau bertumpu pada kegiatan latihan menulis. Kalau di SD kelas rendah difokuskan pada penguasaan menulis huruf-huruf dan merangkaikan huruf-huruf itu menjadi kata, serta merangkaikan kata-kata itu menjadi kalimat sederhana maka di SD kelas tinggi difokuskan pada latihan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis secara jelas.

B.     Tujuan Pembelajaran Menulis di SD Kelas Rendah
Tujuan pembelajaran menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar apa yang akan dikembangkan. Hasil Belajar dan Kompetensi Dasar untuk menulis di SD kelas rendah ini dapat kita lihat pada modul 4 atau langsung pada sumber utamanya, yaitu Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahas Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Dalam modul 4 kita lihat belajar (yang pada hakikatnya merupakan tujuan pembelajaran) apa yang akan dicapai sehubungan dengan keterampilan menulis di SD kelas rendah.
Ø  Adapun hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis yang ingin dicapai dikelas 1 SD adalah:
a.       Bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, dan garis pembentuk huruf.
b.      Menjiplak dan menebalakan (gambar, lingkaran, bentuk lurus).
c.       Menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, kalimat atau beberapa kalimat).
d.      Menulis huruf, kata, dan kaliamat sederhana dengan huruf lepas.
e.       Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
f.       Menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan menuliskannya dengan benar. Dan
g.      Menulis rapih kalimat dengan huruf sambung.

Ø  Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis dikelas 2 adalah:
a.       Menuliskan pengalaman menggunakan kalimat sederhana dengan huruf sambung
b.      Menuliskan yang didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar(penggunaan ejaan dan tanda baca)
c.       Melengkapi cerita dengan kata yang tepat
d.      Menulis karangan pendek tentang kegiatan anggota keluarga dan
e.       Menulis cerita sederhana tentang kesukaan dan ketidaksukaannya.

Ø  Hasil belajar atau tujuan pembelajaran menulis dikelas 3 adalah:
a.       Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat
b.      Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang makin kompleks
c.       Membuat ringkasan dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat menggunakan kata-kata sendiri
d.      Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara memainkannya.
Dalam praktiknya pembelajaran menulis di SD kelas 1 guru SD tidak banyak mengalami kesulitan karena siswa kelas 1 SD sebagian besar sudah dibekali dengan menulis dan membaaca permulaan di Taman Kanak-Kanak.

C.    Keterpaduan Keterampilan Berbahasa dengan Fokus Menulis
Dalam proses komunikasi sesungguhnya jarang sekali jenis keterampilan berbahasa digunakan secara terpisah  dari keterampilan jenis lainnya. Ketika berbicara, kita pun mulai menyiapkan diri untuk mendengarkan tanggapan dari lawan bicara. Ketika menulis, tentu saja secara simultan kita melakukan revisi jadi, dalam berkomunikasi, kita hampir selalu menggunakan berbagai jenis keterampilan berbahasa secara tumpang tindih atau secara terintegrasi (celce –murcia dan olshtain,2000:180). Dalam praktek komunikasi yang sesungguhnya keterampilan menulis dapat di katakan hampir selalu digunakan secara terpadu dengan jenis keterampilan berbahasa lainya. Keteranpilan menulis dapat digunakan secara terpadu dengan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.
Dalam makalah ini kita akan mengkaji jenis-jenis keterampilan berbahasa tersebut secara terpadu dengan fokus pada keterampilan menulis. Dengan demikian, setelah membaca makalah ini, diharapkan dapat menerapkan dan merancang pembelajaran, yaitu :
1.      Keterampilan menyimak terpadu dengan fokus menulis
2.      Keterampilan berbicara terpadu dengan fokus menulis
3.      Keterampilan membaca terpadu dengan fokus menulis

D.    Keterampilan Menyimak Terpadu Dengan Fokus Menulis
1.      Mendengarkan Nyanyian dan Aktivitas Menulis
Nyanyian yang merdu dapat menggugah perhatian siapa pun untuk mendengarkanya. Diantara lagu – lagu yang kita dengar, ada yang menggugah perasaan kita. Perasaan yang timbul itu  berbeda-beda ketika kita mendengarkan lagu yang berbeda. Perasaan yang muncul mungkin berupa rasa gembira, terharu, rindu atau justru menimbulkan rasa sedih, jengkel bahkan marah. Sebagai contoh kalau kita dengarkan lagu Tak Ada Yang Abadi dari Peterpan.
Perasaan apa yang akan muncul dalam diri anda? apakah merasa sedih? Apakah justru merasa senang?
Lagu Tak ada yang abadi bukan hanya enak di dengar, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur kemanusiaan, keindahan, kasih sayang, dan nilai-nilai keimanan. Apabila nyanyian itu kita dengar setelah melihat di televisi atau mendengar di radio berita tentang musibah atau bencana yang menimpa saudara-saudara kita, seperti kejadian tsunami Aceh, gempa  Jogjakarta dll. Kita merasa manusia tidak berdaya melawan kehendak Allah SWT, kita di sadarkan bahwa semuanya tak ada yang abadi, dan dorongan untuk tetap tegar menjalani kehidupan.
Selain itu, lagu tersebut mungkin pula mencuatkan ide untuk membuat puisi, cerita pendek, ataupun artikel kerohanian. Ide menulis apa pun yang muncul merupakan  evident (bukti) bahwa ada kaitan antara mendengarkan dengan menulis.
Sebagai penuntun dalam menulis kembali nyanyian menjadi sebuah esai, kita dapat menggunakan beberapa penuntun dengan menggunakan beberapa pertanyaan berikut.
(1)   Peristiwa apa yang terjadi?
(2)   Siapa yang mengalaminya?
(3)   Makna apa yang ingin di sampaikan oleh pencipta lagu (penyanyi) apabila peristiwa itu di kaitkan dengan peristiwa yang relevan?
(4)   Bagaimana sikap pencipta lagu (penyanyi) ?
(5)   Bagaimana sikap anda sendiri?
(6)   Bagaimana sikap masyarakat di sekitar anda?
Setelah kita menceritakan kembali dan mengomentari isi lagu Tak ada yang abadi. ide-ide akan bermunculan, mungkin ide itu antara lain mengenai pentingnya pendidikan keimanan/keagamaan bagi keluarga dan masyarakat luas, pentingnya rasa empati dan simpati terhadap pihak-pihak yang terkena musibah.

2.      Mendengarkan Cerita Dan Aktivitas Menulis
Ketika mendengarkan dongeng Malin Kundang ‘si Anak Durhaka’ pada waktu masih kanak-kanak. Dongeng tersebut pada mulanya dituturkan oleh orang tua kepada anaknya menjelang tidur. Saat ini, dongeng yang di dengarkan oleh anak-anak “zaman dahulu” berulang-ulang menjelang tidur kini di tulis dan di sajikan dalam buku-buku kumpulan dongeng. Tidak hanya itu, dongeng itu telah ditulis dalam wujud script  film oleh Zettira ZR dan telah di tayangkan oleh sebuah stasiun telivisi (Kompas 16 Januari 2005). Hal ini merupakan bukti bahwa aktivitas menulis ada kaitannya dengan aktivitas mendengar.
           
3.      Mendengarkan Dialog Mengenai Suatu Topik Dan Aktivitas  Menulis
Di suatu malam, ketika anda duduk di depan televisi. Ada sebuah dialog yang menarik perhatian anda. Topik itu adalah  Perlu Tidaknya Pelajaran Agama Disajikan di Sekolah.
Tentu saja terjadi pro dan kontra dalam dialog itu karena stasiun televisi itu sengaja memilih pembicaranya dari kalangan yang berbeda, yang pro dan yang kontra dengan perlu tidaknya pelajaran agama di sekolah. Setelah anda mendengarkan dialog/ debat tersebut selama satu jam anda akan memposisikan diri pada pihak yang pro maupun yang kontra terhadap penyajian pendidikan agama di sekolah. Pikiran-pikiran itu akan semakin jelas setelah anda tuangkan secara tertulis pada lembaran kertas.
Pikiran-pikiran anda yang telah dituangkan secara tertulis dalam lembaran kertas itu dapat di urutkan secara logis, diperbaiki kalimatnya, dipilih kata-kata yang lebih tepat, dilengkapi dengan beberapa hasil penelitian, teori atau sekedar pengelaman-pengalaman individu dan masyarakat. Tulisan itu dapat pula di rangkai menurut format yang di tawarkan oleh jurnak-jurnal ilmiah, antara lain di mulai dengan pendahuluan (latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode), kemudian diikuti dengan pemaparan isi dan pembahasan selanjutnya di akhiri dengan suatu kesimpulan dan saran atau sekedar penutup, serta dilekapi dengan daftar pustaka.

4.      Menulis Catatan Dari Suatu Kuliah Atau Diskusi
Ketika mengikuti suatu tutorial atau kuliah, anda perlu membuat catatan-catatan. Anda pasti tidak dapat menulis secepat dosen berbicara, maka dari itu diperlukan adanya strategi dalam menulis catatan kuliah. Pertama, kita harus berkosentrasi mendengarkan materi kuliah atau tutorial agar kita dapat menangkap seluruh materi yang di sampaikan. Kedua, kita hanya perlu mencatat materi-materi penting dalam kata-kata kunci atau frase-frase. Ketiga, catatan hanya kata-kata kunci atau frase-frase tersebut dikembangkan menjadi catatan kuliah yang lengkap.
Catatan materi kuliah atau tutorial yang di wujudkan dalam kata-kata kunci atau frase-frase hendaknya segera dikembangkan menjadi sebuah catatan kuliah yang lengkap segerea setelah selesai kuliah.langkah-langkah yang dapat di tempuh adalah sebagai berikut :
1.      Melengkapi catatan kuliah melalui rekontruksi terhadap materi kuliah yang masih tersimpan dalam ingatan kita.
2.      Mempertajam pemahaman mengenai meteri perkuliahan melalui diskusi kelompok. Catatan yang telah di buat menjadi bahan diskusi.

E.     Keterpaduan Keterampilan Bicara dengan Fokus Menulis

1.      Berdiskusi dan Aktivitas  Menulis

Berdiskusi yang dimaksud disini bukan berupa seminar, simposium, dan rapat yang memerlukan penulisan makalah atau rencana rapat terlebih dahulu. Berdiskusi yang dimaksudkan disini termasuk pula suatu diskusi kelompok yang diadakan dengan tujuan mempertajam isi suatu tulisan yang sedang dikerjakan.

Seorang penulis dapat mengomunikasikan rencana awal suatu tulisan atau sebuah tulisan utuh dalam suatu diskusi guna mendapatkan masukan-masukan dari para anggota yang terlibat dalam sebuah diskusi tersebut.

Dalam diskusi kelompok yang diselenggarakan seperti yang dimaksudkan diatas, penulis perlu mengemukakan rencana tulisannya atau tulisannya secara utuh kepada peserta diskusi. Setelah itu, penulis itu siap menerima masukan dan kritikan yang membangun dari peserta diskusi. Aktivitas diskusi kelompok yang di selenggarakan guna mendapat masukan-masukan dari peserta diskusi sama fungsinya dengan seminar proposal yang diikuti oleh para mahasiswa guna mendapat masukan dari konsultan/ pembimbing/ promotor untuk menyempurnakan proposal.

Ada pula proposal penelitian yang ditulis dengan maksud mendapatkan dukungan dana dari pihak-pihak tertentu. Proposal seperti ini disampaikan dalam suatu seminar yang di hadiri oleh calon penyumbang dana.

Dari uraian diatas nampak sekali bahwa adakalanya kita perlu menulis untuk berdiskusi dan kadang-kadang kita perlu berdiskusi untuk menulis dengan baik.


2.      Melakukan Wawancara Dan Laporan
      Sebelum wawacara di lakukan, kita perlu menulis pedoman wawancara, yaitu berupa sebuah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kemudian, kita perli mencatat hasil wawancara dan menulis suatu laporan.
      Pemilihan orang-orang dam aspek-aspek yang akan di wawancarai hendaknya dikaitkan dengan topik dan tujuan tulisan. Misalnya, kita akan akan menulis tentang reaksi para ibu rumah tangga terhadap kenaikan harga gas maka yang harus diwawancarai adalah para ibu rumah tangga di berbgai lokasi dan berasal dari bebagai strata sosial.
      Dalam belajar menulis persiapan wawancara hendaknya memulai dari yang sederhana, baik topik maupun pertanyaan yang akan di ajukan. Ketika wawancara berlangsung, pewawancara dapat merekam hasil wawancara atau mencatatnya,kemudian setelah selesai tulislah sebuah laporan tentang hasil wawancara. Dalam pembuatan laporan, anda harus beljar mengorganisasikan karangan ekspositoris atau naratif. Latihan yang harus di lakukan meliputi menulis kalimat atau paragraf pengantar, paragaraf isi, dan kalimat atau paragraf penutup.

3.      Bercerita Mengenai Pengalaman Pribadi
Ide menulis sesuatu dapat muncul setelah kita bercerita tentang pengalaman probadi kita kepada orang lain secara lisan. Kemunculan ide tersebut dapat diikuti dengan perencanaan secara tertulis. Ide dan perencanaan dalam menulis ddapat berasal dari suatu aktivitas yang bersifat kolaboratif (kerja sama) antara dua orang atau lebih.
Di dalam bercerita bukan hanya terdapat aktifitas menulis dan berbicara, melainkan juga ada aktifitas mendengarkan. Hal ini merupakan bukti bahwa beberapa jenis keterampilan berbahasa digunakan secara bergantian atau terintegrasi dalam sebuah komunikasi sesungguhnya.

4.      Berpidato Dan Aktivitas Menulis
Sebelum menulis suatu naskah pidato, anda harus mengetahui situasi/tempat berpidato dan siapa saja yang akan hadir. Kemudian berlatih menuliskan  sebuah pidato sederhana.
Sebuah naskah pidato terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pembukaan, isi pidato, dan penutup. Pada bagian pembukaan berisi salam, menyapa hadirin, dan mengemukakan topik pembicaraan, barulah disampaikan isi pidato dengan urutan nyang baik. Urutan yang baik dapat berupa urutan kronologis atau berupa  rangkaian peristiwa, urutan sebab akibat, akibat sebab, atau gabungan dari beberapa cara penyajian itu. Kemudian pidato ditutup dengan salam.
Dalam menyampaikan pidato perhatikan pemakaian intonasi dan tekanan suara, gerak-gerik tubuh, dan kontak mata dengan pendengar.

F.     Keterpaduan Keterampilan Membaca dengan Fokus menulis

Ketika kita menulis sesuatu, sebetulnya sekaligus juga membaca sesuatu yang ditulis walau kegiatan membaca yang di lakukan tidaklah secara intensif. Baru kemudian, ketika ingin memeriksa hasil tulisan, kita melakukan aktifitas membaca dengan serius. Lalu , mungkin kita menemukan struktur kalimat atau kata yang tepat sehingga perlu mencoretnya dan menulis kembali dengan menggunakan kalimat atau kata yang lebih tepat.

Dalam kehidupan yang modern sekarang ini, melalui sarana internet dan juga telepon genggam, kita dapat berkomunikasi menggunakan tulisan dengan teman, keluarga, dan relasi kerja dengan cepat (dalam waktu real time), seperti kita bertelepon. Kita membaca pesan yang di sampaikan secara tertulis melalui surat elektronik (email) atau fasilitas chatting di internet dari berbagai belahan dunia, kemudian kita pun dapat segera menulis balasannya dengan mengirimkan melalui fasilitas yang tersedia. Disaat lain, kita mungkin perlu membaca sebuah pengumuman, membaca makalah, buku-buku sambil membuat catatan yang perlu. Jadi, tampak jelas bahwa seringkali kita melakukan aktifitas membaca dan menulis secera serentak atau secara bergantian.

Aktifitas membaca dapat meningkatkan kemampuan menulis, kontribusi aktifitas membaca terhadap kegiatan belajar menulis dapat diduga, antara lain berikut:

1.      Penguasaan kata-kata dan istilah-istilah baru, kalimat, dan pemakaian ejaan ketika belajar membaca akan memberi sumbangan positif dalam menulis.
2.      Organisasi bahan bacaan dapat menjadi contoh dalam penorganisasian tulisan dalam menulis.
3.      Dalam menulis tingkat lanjut, informasi yang di peroleh dalam bacaan dapat menjadi sumber ide atau sumber data bagi tulisan yang akan disusun.
Contoh-contoh aktivitas membaca yang dapat dikaitkan dengan latihan menulis yaitu:
1.      Membaca cerita/ dongeng dan aktifitas menulis
Selesai membaca cerita/ dongeng anda dapat melakukan aktivitas latihan menulis yang bervariasi,misalnya :
a)      Menuliskan nama-nama tokoh dalam cerita dan memberi komentar secara tertulis trhadap karakter tokoh.
b)      Melengkapi bagian akhir cerita yang sedang dibaca
c)      Menulis kembali cerita dengan  menggunakan kalimat dan pilihan kata sendiri.
d)     Menulis pernyataan rasa suka dan tidak suka terhadap tokoh-tokoh atau jalan cerita besrta alasan-alasannya.

2.      Membaca puisi dan aktivitas menulis
Kita dapat berlatih menulis dalam kaitan dengan aktifitas membaca puisi yang anda sukai. Dalam hal ini setelah kita selesai membaca puisi, ceritakan isi puisi itu secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dengan kata lain, kita ubah sebuah puisi menjadi sebuah prosa. Kita juga dapat melanjutkan latihan menulis dalam wujud menuliskan perasaan kita terhadap puisi tersebut. Latihan ini akan membuat kita memperoleh keterampilan membuat resensi.
Setelah anda melakukan aktifitas diatas, anda juga dapat  menuangkan perasaan kedalam bentuk puisi,

3.      Membaca dan menulis petunjuk, pengumuman, poster, iklan, dan surat
Kita dapat belajar dan berlatih menulis petunjuk, pengumuman, poster dan surat dengan cara membaca jenis-jenis tulisan itu terlebih dahulu. Misalnya pada surat dinas, surat dinas terdiri atas unsur hal, nomor, tanggal, alamat yang dituju, pembuka surat, isi surat, dan penutup surat. Pelajari juga tata letaknya. Misalnya hal dan nomor surat letaknya di sudut kiri atas kertas.

4.      Menulis rangkuman bacaan
Dalam membuat ringkasan, pertama kita cari gagasan utama atau tema setiap paragraf dari suatu bahan bacaan. Selanjutnya kita memberi tanda-tanda serta catatan sehubungan dengan gagasan pokok bacaaan tersebut. Terakhir, barulah kita menulis ringkasan bahan bacaan yang dimaksud dengan berpedoman pada tanda-tanda dan catatan yang telah dibuat.




DAFTAR PUSTAKA


Solchan, T. W, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta : Universitas Terbuka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar