Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 November 2014

Jadilah seperti padi



Sebuah istilah mengatakan “jadilah seperti padi, kian berisi kian merunduk”. Manusia dapat diumpamakan seperti benih-banih padi, ada benih yang berkualitas baik dan benih yang kurang baik. Dari benih-benih itu akan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman padi. namun untuk menjadi tanaman padi baik, dibutuhkan  nutrisi-nutrisi yang baik pula dalam proses pertumbuhannya seperti : pemberian pupuk yang sesuai, air yang mencukupi,  pemberian insektisida yang tidak berlebihan, dan cuaca yang baik.

Lalu, jika semua nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh sudah terpenuhi dengan baik, maka hasilnya tanaman padi akan tumbuh dengan subur dan bulir-bulir padi menjadi semakin berisi. Tetapi jika nutrisi yang diperlukan oleh tanaman padi masih kurang terpenuhi maka, tumbuhan padi tidak akan tumbuh dengan subur dan hasilnya juga kurang baik, malah akan mengakibatkan kerugian dan bisa jadi bila ada penyakit pada padi itu akan menularkan pada tumbuhan padi yang lain.

Sama hal nya dengan manusia yang memiliki bermacam-macam karakter, perilaku, bakat dan kemampuan. Tidak semuanya baik dan ada pula manusia yang memiliki karakter perilaku kurang baik dan kemampuan yang tidak menonjol. Tetapi semua itu dapat berubah dengan memberikan pengajaran yang sesuai, menyediakan lingkungan yang nyaman, pelatihan untuk mengasah bakat, dan pengembangan diri. Itu semua dapat dikembangkan. baik disekolah, dilingkungan keluarga, tempat bermain dan sebagainya.

Contohnya seorang anak yang sudah dididik dan diasah dengan baik, mulai dari karakter, perilaku, bakat serta kemampuan yang dimilikinya akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, serta menjadi orang yang sukses. Meskipun awalnya dia memiliki kualitas kaarakter dan kemampuan yang kurang. Tetapi kalau seorang anak tidak mendapatkan didikan yang layak dan sesuai, maka mengakibatkan seorang anak itu akan mempunyai karakter, perilaku yang kurang baik, kemudian bakat dan kemampuannyapun menjadi sia-sia.

Yang berarti istilah “jadilah seperti padi, kian berisi kian merunduk”. Orang yang semakin banyak ilmu akan semakin rendah hati. Maksud dari pesan itu adalah jika kita memiliki ilmu janganlah sombong, tetapi sebaliknya hendaklah berbagi ilmu yang sudah didapatkan, agar ilmu tersebut tidak terbuang sia-sia dengan hanya menyimpannya sendiri. Dan ilmu tidak akan pernah habis walaupun dibagikan kepada semua orang. Sedangkan orang yang sombong layaknya seperti padi yang tidak berisi. yang sudah banyak menyerap ilmu tetapi hanya digunakan untuk dipandang baik oleh orang lain.

Selasa, 18 November 2014

Pandangan Progresivisme Terhadap Pengajaran


diyan putri utami, 3A-PGSD, No absen 23 

Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Jadi pengetahuan yang sudah ada pada masa kini yang dianggap benar mungkin pada masa yang akan datang akan dianggap salah, karena pengetahuan tersebut sudah berubah akibat dikembangkannya suatu pengetahuan sehingga munculah suatu pengetahuan baru yang mengakibatkan pengetahuan lama itu menjadi salah. Contohnya pada zaman dahulu permukaan bumi dianggap datar, kemudian matahari dianggap selalu mengitari bumi. Dengan pengetahuan yang mereka anggap sudah benar pada saat itu dengan saat ini sangatlah berbeda yaitu bahwa bumi memiliki permukaan yang datar melainkan bulat dan matahari dianggap mengitari bumi melainkan kebalikannya yaitu bumi yang mengitari matahari, itu dapat dilihat dari luar angkasa dengan satelit. 
 
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Jadi pendidikan itu bertujuan untuk membentuk diri anak baik karakter maupun kemampuannya. Guru dan kurikulum hanyalah alat untuk membentuk diri anak tersebut.

John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Mungkin John Dewey menganggap bahwa anak didik dan minatnya akan lebih mudah dikembangkan karena kalau anak didik menyukai hal yang sesuai dengan minatnya maka anak didik itu akan lebih berusaha dan kerjakeras dalam mengembangkan minatnya dibandingkan dengan mata pelajaran yang belum tentu disukai atau diminati oleh anak didik, karena akan lebih susah untuk ditererima olehnya kalau anak didik terrsebut sangat tidak menyukai mata pelajaran yang tidak diminatinya. Maka muncullah “Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya “My Pedagogical Creed”, bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Jadi progresivisme mempersiapkan pendidikan untuk anak didik pada masa  kini yaitu melalui pendidikan yang ada pada masa kini, maka anak akan tahu apa yang harus ia persiapkan dan dihadapi dalam kehidupannya yang sekarang agar anak didik siap dalam menjalankannya. Karena masa depan itu belum jelas akan seperti apa, jadi lebih baik anak didik dipersiapkan untuk proses kehidupan sekarang dibandingkan dengan masa depan, karena proses yang akan dihadapi sekarang akan berpengaruh pada masa yang akan datang. 

Progresivisme memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.

Maksudnya dalam aliran progresivisme lebih berfokus pada pengembangan dan kemajuan anak didik  bukan kepada kurikulum maupun perintah dan kata-kata guru akan tetapi mereka boleh mengembangkan pikiran, pendapat, pengetahuan dan kemampuan mereka untuk lebih maju. 

Pendidikan bersifat otoriter berarti guru yang dianggap memiliki kekuasaan tertinggi dikelas akan menekankan anak didiknya tentang aturan dan cara pengajaran yang sudah dibuat. Menolak penekanan atas disiplin yang keras, jadi aliran ini tidak suka ditekan dengan peraturan-peraturan yang ketat akan tetapi aliran ini menginginkan peraturan yang dapat dijalani dengan terarah dan bertahap agar berkembang dan maju tanpa tertekan. Menolak cara-cara belajar bersifat pasif, berarti anak didik dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, duduk, dan diam. Akan tetapi mereka lebih aktif seperti, diskusi berkelompok, membuat tanya jawab, bercerita didepan kelas, dan belajar sambil bermain lainnya, agar membuat siswa tidak bosan dalam menerima pengajaran dikelas. menolak konsep dan cara-cara pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan masyarakat kepada generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti. Jadi pendidikan tidak hanya memberikan kebudayaan masyarakat yang sudah ada seperti orang yang nilainya bagus itu dianggap pinter, padahal yang nilainya bagus itu belum tentu bahwa dirinya itu pintar, bisa saja yang mendapatkan nilai bagus tersebut adalah hasil meniru jawaban orang lain. Dari hal itu semua orang akan menganggap bahwa semua yang nilainya bagus berarti pintar, sebenarnya orang pintar sudah pasti nilainya bagus. Juga mitos merupakan salah satu kebudayaan dari masyarakat. Biasanya mitos itu hanya diajarkan tanpa tuhu makna, nilai, manfaat dan asal-usul. Yang dapat diketahui hanyalah anjuran untuk mengikuti mitos tersebut.

Bagi progresivisme, gagasan atau kenyataan yang menunjukkan adanya dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat ditentang oleh progresivisme. Menurut progresivisme, sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya merupakan suatu mikrokosmos dari masyarakat yang lebih luas.
Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu: (1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan; (2) Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak; (3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pelajaran; (4) Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan; (5) Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi; dan (6) Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.

Bagi penganut progresivisme, pendidikan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis.
Menurut Progresivisme, Kurikulum hendaknya:
  • Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada;
  • Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta didik) atau chil centered;
  • Berbasis pada masyarakat;.
  • Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
Metode pendidikan yang diutamakan progresivisme adalah metode pemecahan masalah (poblem solving method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiry and discovery method). Sehubungan dengan metode ini, dalam pelaksanaannya dihutuhkan guru yang memiliki karakteristik sebagai berikut: permissive (pemberi kesempatan), friendy (bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open minded (berpandangan terbuka), creative (kreatif) social a ware (sadar bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and sincere (bekerja sama dan sungguh-sungguh) (Callahan and Clark, 1983).

Peranan pendidik dan peserta didik dalam aliran progresivisme, guru harusnya berperan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan peserta didik, sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh. Peserta didik dipandang sebagai organisme (subjek) yang kemampuan untuk berpikir, mampu menjelajahi kebutuhan, dan minatnya sendiri maka guru seharusnya berperanan sebagai: penyedia berbagai pengalaman yang akan memunculkan motivasi belajar; (a guide) bagi munid-murid dalam merumuskan masalah, kegiatan penyelesaian masalah dan proyek-proyek mereka; merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas untuk digunakan dalam memcahkan masalah; membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah; dan bersama-sama anggota kelas mengevaluasi mengenai apa yang telah dipelajari; bagaimana mempelajarinya; informasi baru apa yang setiap siswa peroleh; apa yang siswa temukan oleh dirinya (Callahan and Clark, 1983). Edward J. (1982) menyimpulkan bahwa guru berperanan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat kebutuhan peserta didik. Sedangkan peserta didik berperanan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.

PPt Penerapan Aliran Empirisme dalam Kegiatan Manusia

https://www.slideshare.net/diyanputri/ppt-penerapan-aliran-empirisme-dalam-kegiatan-manusia

Penerapan Aliran Empirisme dalam Kegiatan Manusia


Revisi
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Manusia mendapatkan pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah pengalaman di kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme menganggap pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Jadi, dalam hal ini manusia telah memiliki alat-alat untuk mendapatkan pengetahuan seperti panca indera, dan otak untuk mengembangkan pengetahuan tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga dalam diri manusia tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Panca indera yang sudah dimiliki oleh manusia, kemudian manusia akan memulai segala bentuk pengenalan dari melihat, mengecap, mendengar, mencium, meraba. Dengan panca indera manusia memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase pertama hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita. Seperti mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada disekitar kita. Dari kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan pengetahuan. Contoh sederhananya ketika bayi mencoba menggunakan indera pengecapnya. Dia belum mengerti bahwa rasa itu apa, namun dia dapat mengerti bahwa hal itu menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima atau menolak sesuatu yang diberikan pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai mendapatkan pengetahuan dihidupnya.
            Selanjutnya terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Maka sumber pengetahuan dapat diketahui ketika manusia itu sudah mencoba dan merasakan beberapa hal dalam kehidupan melalui panca indera, bukan angan-angan yang hanya dibayangkan tanpa melakukan. Seperti seseorang yang membuat novel atau film. Dalam membuat karya itu maka sebelumnya ia pernah mengalami berbagai hal yang akan ia ceritakan dalam novel atau film yang dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan dari imajinasinya agar cerita itu menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau penonton. Dari hal tersebut, manusia akan menyadari bahwa apa yang telah manusia alami merupakan sebuah pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan berfikir dari pengalaman yang  menyenangkan hingga tidak menyenangkan, baik atau buruk hal yang dilakukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita yang telah melakukan berbagai hal.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa yang tidak dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan menurut aliran empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis. Meski keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal tentang keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang legenda tersebut menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari keberadaan kota Atlantis tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak keberadaan dan kebenarannya, sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.
Lain halnya dengan mitos yang menyatakan bahwa buah nanas muda dapat menggugurkan kandungan. Pada kasus ini pelacakan munculnya mitos tersebut dijalankan. Ternyata memang pada zaman dahulu terjadi kasus keguguran karena memakan nanas muda. Penelitian tentang mitos tersebut dilakukan, dan ternyata memang benar nanas muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi keras terhadap rahim. Maka dengan adanya zat-zat tersebut dalam buah nanas kemungkinan besar keguguran dapat terjadi. Sehingga mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan kandungan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.
Dalam hal ini kesan-kesan yang dimaksud adalah pandangan tentang suatu hal yang menyangkut akal budi. Sederhananya tentang baik atau buruk. Misalnya, presepsi bahwa ketika kita berbuat baik pada seseorang maka orang lain pun akan berbuat baik kepada kita. Kesan dari presepsi ini adalah kebaikan akan dibalas kebaikan pula. Sedangkan gagasannya misalkan suatu saat kita berbuat baik kita berharap akan dibalas baik pula, meski pada kenyataannya tidak selalu begitu. Namun, presepsi tentang hal tersebut dapat diterima karena kebanyakan orang mempunyai pengalaman tentang hal tersebut. Dan keadaan ini dapat dijadikan sebuah ilmu pengetahuan.
Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Maksudnya untuk menujukan sebuah fakta tentang kebenaran harus menggunakan sebuah indera. Contohnya seperti seseorang yang disebut Amir yang dijadikan tersangka pencurian. Tapi sebenarnya bukan Amir yang mencuri. Sebenarnya, Badru yang mencuri. Karena tindakan kejahatan pelaku terlihat oleh saksi mata yang kebetulan lewat, maka Badru memindahkan barang curiannya ke tas Amir. Korban yang merasa barangnya hilang menuduh Amir pencuri karena barang miliknya berada padanya. Untunglah, ada saksi yang melihat kejadian tersebut sehingga Amir tidak dijadikan tersangka dan dianggap tidak bersalah. Dilihat dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi dengan indra penglihatannya dapat mengetahui kebenaran tentang kejadian pencurian tersebut.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :

  1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan     menggabungkan apa yang dialami. 
  2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.  
  3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
  4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
  5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
  6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Tokoh-tokoh Empirisme antara lain John Locke (1632 -1704), David Hume ( 1711 -1776), dan Francis Bacon ( 1214 -1294).

Penalaran yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami permasalahan fakta hanya bisa sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya memberi jawaban sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang ada, ilmuwan harus masuk ke alam nyata. Fakta-fakta atau bukti-bukti yang relevan dengan obyek permasalahan harus dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi, sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.

Penerapan Aliran Empirisme dalam Pendidikan



PGSD / 3A . No absen 23 Diyan Putri Utami

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Manusia mendapatkan pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah pengalaman di kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme menganggap pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Jadi, dalam hal ini manusia dianggap telah memiliki alat-alat untuk mendapatkan pengetahuan seperti panca indra, dan otak untuk mengembangkan pengetahuan tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga dalam diri manusia tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Dengan panca indra manusia memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase pertama hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita. Seperti mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada disekitar kita. Dari kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan pengetahuan. Contoh sederhananya ketika bayi mencoba menggunakan indera pengecapnya. Dia belum mengerti bahwa rasa itu apa, namun dia dapat mengerti bahwa hal itu menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima atau menolak sesuatu yang diberikan pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai mendapatkan pengetahuan dihidupnya.
           Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal. Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Maka sumber pengetahuan dapat diketahui ketika manusia itu sudah mencoba dan merasakan beberapa hal dalam kehidupan melalui panca indra, bukan angan-angan yang hanya dibayangkan tanpa melakukan. Seperti seseorang yang membuat novel atau film. Dalam membuat karya itu maka sebelumnya ia pernah mengalami berbagai hal yang akan ia ceritakan dalam novel atau film yang dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan dari imajinasinya agar cerita itu menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau penonton. Dari hal tersebut, manusia akan menyadari bahwa apa yang telah manusia alami merupakan sebuah pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan berfikir dari pengalaman yang  menyenangkan hingga tidak menyenangkan, baik atau buruk hal yang dilakukan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita yang telah melakukan berbagai hal.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa yang tidak dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan menurut aliran empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis. Meski keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal tentang keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang legenda tersaebut menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari keberadaan kota Atlantis tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak keberadaan dan kebenaraannya, sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.
Lain halnya dengan mitos yang menyatakan bahwa buah nanas muda dapat menggugurkan kandungan. Pada kasus ini pelacakan munculnya mitos tersebut dijalankan. Ternyata memang pada zaman dahulu terjadi kasus keguguran karena memakan nanas muda. Penelitian tentang mitos tersebut dilakukan, dan ternyata memang benar nanas muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi keras terhadap rahim. Maka dengan adanya zat-zat tersebut dalam buah nanas kemungkinan besar keguguran dapat terjadi. Sehingga mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan kandungan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.
Dalam hal ini kesan-kesan yang dimaksud adalah pandangan tentang suatu hal yang menyangkut akal budi. Sederhananya tentang baik atau buruk. Misalnya, presepsi bahwa ketika kita berbuat baik pada seseorang maka orang lain pun akan berbuat baik kepada kita. Kesan dari presepsi ini adalah kebaikan akan dibalas kebaikan pula. Sedangkan gagasannya misalkan suatu saat kita berbuat baik kita berharap akan dibalas baik pula, meski pada kenyataannya tidak selalu begitu. Namun, presepsi tentang hal tersebut dapat diterima karena kebanyakan orang mempunyai pengalaman tentang hal tersebut. Dan keadaan ini dapat dijadikan sebuah ilmu pengetahuan.
Empiris memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi. Maksudnya untuk menujukan sebuah fakta tentang kebenaran harus menggunakan sebuah indera. Contohnya seperti seseorang yang disebut Amir yang dijadikan tersangka pencurian. Tapi sebernarnya bukan Amir yang mencuri. Sebenarnya, Badru yang mencuri. Karena tindakan kejahatan pelaku terlihat oleh saksi mata yang kebetulan lewat, maka Badru memindahkan barang curiannya ke tas Amir. Korban yang merasa barangnya hilang menuduh Amir pencuri karena barang miliknya berada padanya. Untunglah, ada saksi yang melihat kejadian tersebut sehingga Amir tidak dijadikan tersangka dan dianggap tidak bersalah. Dilihat dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi dengan indra penglihatannya dapat mengetahui kebenaran tentang kejadian pencurian tersebut.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.

Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu :

1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan  menggabungkan apa yang dialami.  
      2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
      3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi. 
    4.Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data    inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika)   
    5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6   6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Tokoh-tokoh Empirisme antara lain John Locke (1632 -1704), David Hume ( 1711 -1776), dan Francis Bacon ( 1214 -1294).

Penalaran yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami permasalahan fakta hanya bisa sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya memberi jawaban sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang ada, ilmuwan harus masuk ke alam nyata. Fakta-fakta atau bukti-bukti yang relevan dengan obyek permasalahan harus dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi, sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.