PGSD / 3A .
No absen 23 Diyan Putri Utami
Empirisme
adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Manusia mendapatkan
pengetahuan ketika dia telah melakukan suatu yang menjadikan sebuah pengalaman
di kehidupannya. Termasuk tentang hal yang baik maupun buruk. Aliran empirisme menganggap
pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun
pengalaman batiniyah.
Thomas
Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan.
Jadi, dalam hal ini manusia dianggap telah memiliki alat-alat untuk mendapatkan
pengetahuan seperti panca indra, dan otak untuk mengembangkan pengetahuan
tersebut, melalui pengalaman yang dijalaninya. Sehingga dalam diri manusia
tidak ada fitrah tentang pengetahuan yang didapatnya. Dengan panca indra
manusia memulai pengetahuannya dengan mencoba hal-hal baru. Pada saat fase
pertama hidup manusia, yaitu bayi, kita belajar menggunakan panca indera kita.
Seperti mendengarkan suara-suara, menangis, dan memperhatikan hal yang ada
disekitar kita. Dari kegiatan tersebut, kita berfikir dan mendapatkan
pengetahuan. Contoh sederhananya ketika bayi mencoba menggunakan indera
pengecapnya. Dia belum mengerti bahwa rasa itu apa, namun dia dapat mengerti
bahwa hal itu menyenangkan sehingga dia sudah dapat menerima atau menolak
sesuatu yang diberikan pada indera pengecapnya. Dari situlah dia mulai
mendapatkan pengetahuan dihidupnya.
Selanjutnya
secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai Empirisme, di
antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam
pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber
pengetahuan, dan bukan akal. Kaum empiris memegang teguh pendapat bahwa
pengetahuan manusia dapat diperoleh lewat pengalaman. Maka sumber pengetahuan
dapat diketahui ketika manusia itu sudah mencoba dan merasakan beberapa hal
dalam kehidupan melalui panca indra, bukan angan-angan yang hanya dibayangkan
tanpa melakukan. Seperti seseorang yang membuat novel atau film. Dalam membuat karya
itu maka sebelumnya ia pernah mengalami berbagai hal yang akan ia ceritakan
dalam novel atau film yang dibuat. Walaupun, ada yang ditambahkan dari
imajinasinya agar cerita itu menarik, Kemudian disampaikan kepada pembaca atau
penonton. Dari hal tersebut, manusia akan menyadari bahwa apa yang telah
manusia alami merupakan sebuah pengetahuan dari pengalaman. Lalu manusia akan
berfikir dari pengalaman yang menyenangkan
hingga tidak menyenangkan, baik atau buruk hal yang dilakukan kepada orang lain
atau dirinya sendiri. Dan bagaimana tanggapan orang lain terhadap diri kita
yang telah melakukan berbagai hal.
Seorang
yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui
penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini
berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa
yang tidak dapat dilacak bukanlah ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan
menurut aliran empirisme dianggap berasal dari pengalaman.
Hal
nyatanya adalah sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu
tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya. Misalnya legenda kota Atlantis.
Meski keberadaanya diyakini banyak orang dan ceritanya telah mendunia namun hal
tentang keberadaan kota tersebut belum dapat dibuktikan. Pelacakan tentang
legenda tersaebut menunjukkan sedikit keterangan tentang keberadaannya.
Penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari keberadaan kota Atlantis
tersebut. Legenda kota Atlantis belum dapat dilacak keberadaan dan
kebenaraannya, sehingga belum dapat disebut sebagai pengetahuan.
Lain
halnya dengan mitos yang menyatakan bahwa buah nanas muda dapat menggugurkan
kandungan. Pada kasus ini pelacakan munculnya mitos tersebut dijalankan.
Ternyata memang pada zaman dahulu terjadi kasus keguguran karena memakan nanas
muda. Penelitian tentang mitos tersebut dilakukan, dan ternyata memang benar
nanas muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi keras terhadap rahim.
Maka dengan adanya zat-zat tersebut dalam buah nanas kemungkinan besar
keguguran dapat terjadi. Sehingga mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan
kandungan dapat dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Sementara menurut David Hume bahwa
seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah
“persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan
dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara
langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang
berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan
cerminan dari kesan.
Dalam
hal ini kesan-kesan yang dimaksud adalah pandangan tentang suatu hal yang
menyangkut akal budi. Sederhananya tentang baik atau buruk. Misalnya, presepsi
bahwa ketika kita berbuat baik pada seseorang maka orang lain pun akan berbuat
baik kepada kita. Kesan dari presepsi ini adalah kebaikan akan dibalas kebaikan
pula. Sedangkan gagasannya misalkan suatu saat kita berbuat baik kita berharap akan
dibalas baik pula, meski pada kenyataannya tidak selalu begitu. Namun, presepsi
tentang hal tersebut dapat diterima karena kebanyakan orang mempunyai
pengalaman tentang hal tersebut. Dan keadaan ini dapat dijadikan sebuah ilmu
pengetahuan.
Empiris memegang
peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah barang kali merupakan
satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut penganut empirisme.
Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.
Maksudnya untuk menujukan sebuah fakta tentang kebenaran harus menggunakan
sebuah indera. Contohnya seperti seseorang yang disebut Amir yang dijadikan
tersangka pencurian. Tapi sebernarnya bukan Amir yang mencuri. Sebenarnya,
Badru yang mencuri. Karena tindakan kejahatan pelaku terlihat oleh saksi mata
yang kebetulan lewat, maka Badru memindahkan barang curiannya ke tas Amir.
Korban yang merasa barangnya hilang menuduh Amir pencuri karena barang miliknya
berada padanya. Untunglah, ada saksi yang melihat kejadian tersebut sehingga
Amir tidak dijadikan tersangka dan dianggap tidak bersalah. Dilihat dari contoh
tersebut dapat disimpulkan bahwa saksi dengan indra penglihatannya dapat
mengetahui kebenaran tentang kejadian pencurian tersebut.
Empirisme adalah suatu doktrin
filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan
mengecilkan peranan akal. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang
kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau
bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan
hidung.
Ajaran-ajaran
pokok empirisme yaitu :
1. Pandangan
bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan
apa yang dialami.
2. Pengalaman
inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua
yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4.Semua
pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari
data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika)
5. Akal
budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6 6. Empirisme
sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan.
Tokoh-tokoh
Empirisme antara lain John Locke (1632 -1704), David Hume ( 1711 -1776), dan
Francis Bacon ( 1214 -1294).
Penalaran
yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori dalam memahami permasalahan fakta
hanya bisa sampai pada perumusan hipotesis. Penalaran hanya memberi jawaban
sementara, bukan kesimpulan akhir. Oleh sebab itu agar sampai kepada kesimpulan
akhir, Empirisme diperlukan untuk menguji berbagai kemungkinan jawaban dalam
hipotesis. Untuk menguji jawaban-jawaban yang ada, ilmuwan harus masuk ke alam
nyata. Fakta-fakta atau bukti-bukti yang relevan dengan obyek permasalahan
harus dikumpulkan, disusun dan dianalisis.
Namun demikian peranan Empirisme bukan saja hanya berkaitan dengan tugas
pencarian bukti-bukti atau yang lebih dikenal dengan pengumpulan data. Tetapi,
sejak awal pengkajian masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat.
Pengalaman-pengalaman ilmuwan yang berkaitan dengan obyek permasalahan sudah
diperlukan dalam memberi analisis terhadap fakta permasalahan. Mekanisme ini
merupakan sisi lain dari Empirisme dalam metode ilmiah.