MAKALAH
METODE
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen : Dr. M. Hosnan, M.Pd
Disusun Oleh:
1.
Deni Herdiana
2.
Didi Ardi
3.
Diyan Putri Utami
4.
Sri Rahayu Lestari
|
|
Kelas : 2A
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan
adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang
bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik
(menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun
psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi
individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan
Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan
tidak akan pernah berhenti), Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek
sosial),Perkembangan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu
dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan
ditinggalkan)
Untuk terjadinya sebuah perubahan
pada setiap individu ada beberapa pendekatan dan metode untuk mengetahui setiap
perkembangan yang terjadi pada setiap individu.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja pendekatan yang dilakukan dalam
psikologi perkembangan?
2.
Apakah manfaat pendekatan Cross-sectional bagi para peneliti?
3.
Apakah metode yang digunakan dalam
psikologi perkembangan?
4.
Apa pentingnya psikologi perkembangan
dalam dunia pendidikan?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
pendekatan yang dilakukan dalam psikologi perkembangan.
2. Mengetahui
manfaat pendekatan Cross-sectional bagi
para peneliti.
3. Mengetahui
metode yang digunakan dalam psikologi perkembangan.
4. Mengetahui
pentingnya psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Psikologi
Perkembangan
Dalam buku
Desmita (Psikologi Perkembangan) dan buku karya Prof. Dr. F.J Monks dkk
(Psikologi Perkembangan), ada beberapa pendekatan dalam psikologi perkembangan
yang bersifat pendekatan umum, yaitu:
1)
Pendekatan
Cross-sectional (Pendekatan Transversal)
Pendekatan
Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan
penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative
singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu
kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi kros-sektional
yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11
tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa,
berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang berbeda
tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat, sepeti IQ,
memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan
lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan
mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnyaakan dapat
ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek
kepribadian seseorang. Melalui pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh
pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas bagi
kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan
utama dalam pendekatan cros-sectional ini adalah bahwa para peneliti tidak
membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun
kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi
tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya.
Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2)
Pendekatan
Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah
pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam
jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka
waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan
pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang
yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran
aspek perkembangan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara
kelebihan pendekatan ini adalah :
·
Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk
melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
·
Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam
perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
·
Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan
antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data
yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
·
Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek
lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
·
Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
·
Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki
pengalaman yang berbeda-beda.
·
Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu
penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau
meninggal.
3)
Pendekatan
Sekuensial
Untuk mempelajari perkembangan
rentang hidup, sejumlah pakar psikologi perkembangan juga menggunakan kombinasi
dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Kombinasi
pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal inilah yang dinamakan
pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi
kros-sektional yang mencakup individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan
atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini
merupakan aspek longitudinal dari rancangan) Pada waktu selanjutnya,,
sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok baru
pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk mengontrol
perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin telah
meningkatkan kinerja mereka.
Meskipun pendekatan ini kompleks,
mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin
diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal.
Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor
(generasi) pada perkembangan rentang hidup.
4)
Pendekatan
Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah
suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengetahui perbedan-perbedaan atau
persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian
yang lebih mendalam tentang proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan
ini bisa dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang
diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor sosial,
ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri kepribadian dan
perkembangan-perkembangan kogniotif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui
percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaanya.
Dengan pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau
norma-norma yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat
dibuktikan kebenaranya. Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan
pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau
berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan
pendekatan lintas budaya ini.
Dengan demikian pendekatan
lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam
perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang
universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki
dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.
2.2
Metode-metode
dalam psikologi perkembangan
Suatu
metode penyelidikan dalam suatu ilmu adalah suatu keharusan mutlak adanya.
Apalagi kalau ilmu itu telah berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh adanya
metode-metode tersendiri untuk menyelidiki terhadap suatu obyeknya.
Obyek
psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia
dalam alam yang komplek dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang
mati, tetapi sesuatu yang hidup yang dinamis; selalu berubah untuk maju menuju
kesempurnaannya. Oleh karena itu penggunaan untuk sesuatu metode yang bagaimana
baiknyapun pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak. Sebab setiap
metode pasti punya kelemahan-kelemahan disamping kebaikan-kebaikannya.
Dengan
demikian dalam menyelidiki psikologi, hendaknya juga dipergunakan banyak
metode-metode yang mungkin. Ini dimaksud agar kelemahan-kelemahan metode yang
satu dapat ditutup oleh kesempurnaan pada metode yang lain.
Sebetulnya
setiap manusia dewasa yang normal meskipun belum mempelajarai metode-metode
psikologi, tetapi karena pengalaman-pengalaman hidupnya, adanya intraction
dengan dunia sekitar, ia dapat pula memahami metode-metode tersebut. Apalagi
kalau dia mau mempelajari secara teori, maka akan dapat direnungkan sesuatu
metode untuk penyelidikan psikologi. Berdasarkan renungan-renungan dan
pengalaman-pengalaman maka akan didapatkan metode-metode sebagai berikut.
a.
Metode yang bersifat filosifis
b.
Metode yang bersifatv empiris.
a. Metode yang bersifat filosofis ada
beberapa macam, antara lain :
1)
Metode
intuitip
Metode
ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau
dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Dalam keadaan yang
terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesama kita atau benar-benar
ingin kita ketahui keadaannya, melalui kesan-kesan terhadap orang-orang
tersebut. Langkah-langkah seperti ini justru kesan-kesan pertamalah yang paling
besar perananannya dalam pengambilan kesimpulan. Sudah barang tentu metode ini
kurang memenuhi syarat. Karena harus dikombinasikan dengan metode-metode
lainguna memperoleh kesimpulan yang valid.
2)
Metode
Kontemplatif
Metode
ini dilakukan dengan jalan merenungkan obyek yang akan diketahui dengan
mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah
pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif. Dalam arti murni tidak
tercampur dengan alat alat yang lain serta tidak tercampur pula dengan
pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat lahiriyah dan biologis. Kalau ini
dapat dicapai, maka pikiran benar-benar dalam keadaan obyektif sehingga dapat
mencapai hakikat obyek yang dituju. Metode itu pada dewasa ini rupa-rupanya
tidak sepopuler metode yang bersifat empiris. Karena hasilnya dianggap terlalu
spekulatif. Namun demikian metode ini masih digunakan dalam dunia psikologi.
3) Metode filosofis religius
Metode
ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama
untuk meniliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu
merupakan kebnenaran-kebenaran absolut dan pasti benar. Dengan pernyataan lain
kita meyelidiki jiwa manusia berserta segala seginya dengan menggunakan
materi-materi yang tertera dalam kitab suci sebagai norma standar penilaian.
b. Metode yang bersifat empiris dapat
dibagi menjadi :
1)
Metode
observasi
Pada
dasarnya metode ini adalah metode yang paling dasardilakukan dari semua metode
yang ada. Yakni mengadakan pengamatan secara cermat, dan sistematis serta
membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Agar semuya aktivitas anak
yang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencataan
hasil secara teliti dari gejala yang ada. Dalam hal ini observer dapat melalui
tiga cara, yaitu:
(a)
Introspeksi (retrospeksi)
(b)
Introspeksi eksperimental
(c)
Ekstrospeksi
(a)
Metode introspeksi
Istilah “introspeksi” berasal dari bahasa latin
(intro: dalam; dan spektare: melihat). Jadi pada introspeksi individu mengalami
sesuatu, dan ia sendiri dapat pula mengamati, mempelajarai apa yang dihayati
itu. Dengan kata lain: setelah penghayatan itu terjadi, individu melihat
kembali kepada penghayatan itu. Maka metode introspeksi sering juga disebut
“retropeksi”, yang berarti: melihat kembali. Oleh karena itu menurut Wilhelm Wundt (Jerman) istilah
introspeksi ini kurang tepat, yang lebih tepat ialah retrospeksi (retro =
kembali; dan rektare = melihat). Dapat dimengerti karena dengan metode ini,
penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi
dalam dirinya sendiri, dan bukan apa yang sedang terjadi didalam dirinya,
sehingga istilah retrospeksi akan lebih tepat dari pada introspeksi.
Introspeksi
atau retrospeksi yang dilakukan secara jujur, obyektif dan tepat merupakan
sumber pengetahuan jiwa yang utama dan sekaligus menjadi dasar pengetahuan bagi
ekstrospeksi. Karena pada introspeksi observer mendapatkan data-data tentang
kejiwaan manusia dari laporan manusia yang diamati, dan biasanya yang melakukan
introspeksi dalam rangka mempelajari proses kejiwaan manusia itu adalah
ahli-ahli ilmu jiwa, sehingga ia dapat menyelidiki terhadap dirinya sendiri
tentang proses-proses kejiwaan yang ingin diselidiki.
Kelemahan-kelemahan dalam metode
introspeksi:
(1)
Kesulitan pada manusia melakukan dua
tugas menghayati dan mengingat kembali.
(2)
Pada introspeksi faktor ingatan
kadang-kadang menghambat proses, yaitu adanya faktor-faktor kelupaan dan
pencampur adukan antara fantasi dan ingatan.
(3)
Kekurangan perbendaharaan bahasa didalam
melukiskan kembali peristiwa-peristiwa jiwa yang sudah dan sedang terjadi.
(4)
Kadang-kadang diragukan obyektivitasnya
oleh karena adanya ketidakjujuran (rasa segan, malu dan perasaan-perasaan lain
yang menunjukan kelemahan sendiri).
(b) Metode
introspeksi eksperimental
Istilah “introspeksi
eksperimental” ialah: suatu metode introspeksi, yang dilaksanakan dengan
mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat.
Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan eksperimen, sebagai
upaya dalam mengatasi sifat subyektivitas dari metode introdpeksi. Pada
introspeksi murni, hanya diri penyelidik yang menjadi obyek, akan tetapi pada
introspeksi eksperimental, jumlah subyek terdiri dari beberapa orang yang di
eksperimentasi. Sehingga dengan banyaknya subyek penyelidikan hasilnya akan
lebih bersifat obyektif. Sebagai contoh dalam menjelaskan masalah tersebut
diatasdapat digambarkan dalam uraian sebagai berikut:
Dalam metode
introspeksi murni, hanya penyelidik sendiri yang menjadi obyek, dirinya sendiri
yang menjadi ukuran segala-galanya, dan kesimpulan yang diambil merupakan
kesimpulan individual. Karena hanya berdasarkan atas diri sendiri. Tetapi dalam
introspeksi eksperimental tidak demikian halnya, melainkan sebaliknya. Yakni:
jumlah subyek yang banyak itu dicoba, mengenai pemecahan mengenai pemecahan
suatu masalah (problem solving). Setelah itu masing-masing individu disuruh
mengadakan introspeksi apa yang terjadi dalam dirinya sewaktu mereka memecahkan
masalah. Dari hasil masing-masing individu disimpulkan hingga merupakan suatu
kesimpulan umum, yang berdasar pada introspeksi eksperimental. Dengan demikian
sifat subyektifitas dari metode introspeksi dapat diatasi dengan menggunakan
subyek yang lebih banyak. Penyusun metode ini adalah seoarng murid Wilhelm
Wundt bernama Oswald Kuple, yang kemudian mendirikan mazhab Wurzburg di Jerman.
(c)
Metode Ekstrospeksi
Arti kata ekstrospeksi
ialah melihat keluar (ekstro = keluar, dan speksi berasal dari bahasa latin,
sopektare = melihat). Jadi ekstrokpeksi adalah : suatu metode dalam ilmu jiwa
yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur
gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan men
coba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukan
dari mimik dan pantomimik orang lain.
Metode ini dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi. Pada
metode ekstrospeksi subyek penyelidikan bukan dirinya sendiri, melainkan orang
lain.orang akan dapat mengatakan atau mewujudkan suatu yang terjadi pada orang
lain, juga berdasarkan keadaan dirinya sendiri. Oleh karena itu metode
eksatrospeksi sebenarnya juga berdasarkan metode intropeksi, sebab orang dapat
mengatakan dalam keadaan susah, gembira , tergesa-gesa, dan lain sebagainya,
oleh karena ia dalam keadaan tertentu juga mengalami hal-hal yang demikian itu.
Dengan demikian kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi
sedikit banyak juga akan terdapat juga pada metode ekstropeksi.
2)
Metode
Klinis
(kline
= tempat tidur, klinoo = berbaring, kliniek = lembaga untuk meneliti dan
menyembuhkan penyakit). Maka yang disebut metode klinik ialah, nasihat dan
bantuan kedokteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan.
Metode klinis yang diterapkan dalam psikoligi ialah : kombinasi dari bantuan
klinis medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap
pasien. Observasi dilakukan dalam ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang
cukup, untuk meneliti segala tingkah laku pasien. Dengan sangat hati-hati para
petugas (dokter, psikiater, psikolog, pekerja sosial) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai bermacam-macam hal yang ada kaitannya dengan
penyakit atau gangguan mentalnya, untuk kemudian mengelasifikasikan
jawaban-jawaban tersebut. Lalu orang mengambil kesimpulan terakhir, yaitu
mengadakan pranogsa (menentukan sebelumnya proses penyakitnya, diagnosa atau
pemastian dari gejala, dan menetukan therapi atau usaha penyembuhan. Metode
kilinis ini merupakan gabungan dari metode-metode observasi, eksperimen, dan
medis.
Metode
klinis sering dipergunakan oleh para psikolog (Freud dan pengikut-pengikutnya)
dan psikolog anak. Sebab orang memaklumi, bahwa para penderita gangguan jiwa
dan anak-anak kecil, pada umumnya tidak mampu Melakukan introspeksi terhadap
dorongan-dorongan dan tingkah laku diri sendiri. Sehingga pada mereka perlu
diterapkan metode klinis. Sebab dengan metode klinis ini dapat dilakukan
observasi yang ketat terhadap gejala-gejala ketidaksadaran dan gejala dibawah
sadar, yang dimanifestasikan dalam aneka tingkah laku yang aneh-aneh.
3)
Metode
Pengumpulan
Metode pengumpulan ialah metode untuk menyelidiki
gejala-gejala kejiwaan manusia dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya,
kemudian membanding-bandingkannya dan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
bersifat umum.
Metode ini dapat dibagi menjadi tiga
bagian, adalah sebagai berikut.
1.
Angket
Angket ialah penyelidikan yang dilakukan
dengan memberikan daftar pernyataan mengenai gejala-gejala kejiwaan yang
ditujukan kepada sejumlah besar manusia, sehingga berdasarkan jawaban yang
diperolehnya dapat diketahui keadaan jiwa seseorang atau sekumpulan orang.
Menurut cara mendapatkan jawaban, angket
dapat dibagi:
a.
Angket langsung
Angket langsung
adalah angket yang jawabannya dibuat sendiri oleh orang-orang yang diselidiki.
Angket ini mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya karena jawabannya berdasarkan instropeksi
yang dilakukan oleh yang diselidiki.
b.
Angket tak langsung
Angket tak langsung ialah angket
yang dijawab oleh seseorang mengenai keadaan jiwa orang lain. Misalnya, guru
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang muridnya, dokter menjawab tentang pasiennya,
dan sebagainya.
Menurut luas objeknya angket dapat pula
dibagi:
a.
Angket umum
Angket umum ialah angket yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya mengenai jiwa
(psikografi) seseorang.
b.
Angket khusus
Angket khusus ialah angket yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran-gambaran khusus mengenai satu hal saja. Misalnya,
mengenai watak seseorang.
2.
Metode Riwayat Hidup (biografi)
Metode riwayat hidup (biografi)
ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan
riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis
oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku harian dan kenang-kenangan
besar sekali faedahnya.
3.
Metode pengumpulan bahan-bahan
Metode pengumpulan bahan-bahan
ialah dengan cara mengumpulkan permainan-permainan, gambar-gambar,
karangan-karangan, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dikumpulkan
oleh orang tua, guru, lembaga, dan sebagainya. Pekerjaan ini besar sekali
artinya dalam penyelidikan perkembangan jiwa anak.
4)
Metode
Eksperimental
Metode eksperimental ialah dengan
sengaja menimbulkan gejala-gejala kejiwaan untuk diselidiki. Metode ini
memiliki dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. Eksperimen
Eksperimen ialah
pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu guna mempelajari gejala-gejala
yang ditimbulkan dengan sengaja, untuk menetapkan sifat-sifat yang ditimbulkan
dengan gejala-gejala kejiwaan manusia. Jadi tujuan eksperimen ialah untuk
mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan manusia tersebut
misalnya mengenai pikiran manusia, perasaan manusia, kemauan manusia, ingatan
manusia, fantasi manusia, dan sebagainya. Oleh sebab itu, eksperimen berguna
dalam ilmu jiwa umum.
2. Tes
Tes ialah percobaan
yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau
perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang
kejiwaan seseorang atau segolongan orang.
Tujuan dari tes ini
ialah untuk mengetahui susunan jiwa dalam hal-hal yang khusus, misalnya
kecerdasan seseorang, ingatan, fantasi, dan sebagainya. Karena itu, tes berguna
dalam ilmu jiwa khusus. Dan inilah perbedaannya dengan eksperimen.
Macam-macam tes, adalah sebagai berikut.
Menurut pekerjaan yang
diselidiki tes dapat dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya:
1) Tes
kecerdasan
2) Tes
perhatian
3) Tes
ingatan dan sebagainya
Menurut
orang yang diselidikinya tes dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Tes
perseorangan
2) Tes
gerombolan
Menurut
cara menilai jawabannya, tes dapat dibagi pula dalam 2 macam, yaitu:
1) Tes
alternatif
Tes alternatif ialah
menilai dengan betul atau salah.
2) Tes
gradual
Tes gradual ialah
menilai dengan beberapa tingkatan, misalnya: salah sama sekali, salah sedikit,
agak betul, hampir betul, dan sebagainya.
5)
Metode
Cross Section Methode
Pelaksanaan metode ini adalah dengan
meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk
selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya, dan
kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah
digunakan oleh Arnold Gesell.
6)
Metode
Longitudinal – Methode
Operasionalisasi dari metode ini adalah
dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai dari
dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasa, tanpa diadakan cross (silang). Di
dalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan kontinuitas
penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lain-lain.
Metode ini pernah digunakan oleh Williard C. Olson.
Setelah menggunakan
metode-metode tertentusebagaimana yang telah diterangkan di atas, akan
memperoleh sejumlah data yang diperlukan.
Untuk selanjutnya
dianalisis dalam rangka memperoleh kesimpulan hasil penyelidikan gejala jiwa
anak.
Agar apat diperoleh
hasil yang lebih baik, maka seyogianya penelitian dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mampu
mendeskripsi atau mengasosiasikan keadaan gejala jiwa yang timbul pada diri
anak.
b. Menganalisis
atau menelaan gejala jiwa tersebut, dengan mendasarkan pada teori-teori
psikologi, secara cermat.
c. Menarik
kesimpulan, untuk dapat menentukan alternatif kebijaksanaan penyelesaian yang
harus segera diambil.
2.3
Pentingnya Psikologi Perkembangan dalam Pendidikan
Pentingnya psikologi perkembangan dalam pendidikan antara lain :
1) Sebagai pendidik, guru perlu mengetahui perubahan-perubahan fisik, mental
dan sosio emosional peserta didik.
2) Pengetahuan psikologi perkembangan berguna bagi pendidik, guru untuk
memperbaiki pribadi sendiri, yang harus menjadi teladan bagi para peserta
didiknya.
3) Dengan memahami psikologi perkembanganj, dapat memudahkan pendidik guru
dalam memodifikasi perangsang-perangsang pendidikan dan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari paparan materi yang terdapat di makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa
untuk mengetahui berbagai perkembangan yang terjadi pada setiap manusia atau
individu perlu diadakannya penelitian baik melalui sebuah pendekatan maupun
melalui metode-metode yang ada sesuai dengan kebutuhan. Dalam perkembangan
manusia dapat diketahui dari berbagai aspek yang mempengaruhinya baik secara
internal maupun eksternal.
Dalam pendekatan dan metode
psikologi perkembangan, pendekatan yang lebih umum memberikan pengertian akan
keseluruhan proses perkembangan atau beberapa aspeknya. Sedangkan beberapa
metode dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengertian akan gejala
perkembangan, beberapa metode yang lain lagi memberikan pengetian bagaimana
caranya mengatasi hambatan dalam proses perkembangan.
3.2
Saran
Sebagai orang tua atau
sebagai seorang pendidik hendaklah kita mengetahui berbagai macam perkembangan
yang terjadi pada setiap anak atau peserta didik yang dihadapi karena sebuah
perkembangan tidak akan lepas dari pendekatan dan metode-metode dari
perkembangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi
Perkembangan. Rineka Cipta: Jakarta.
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. APTIK: Jakarta.
Monks, F.J, dkk. 1992. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam
berbagai bagiannya. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Soejanto, Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Kepemimpinan Pendidikan. Rineka
Cipta: Jakarta.