Total Tayangan Halaman

Jumat, 26 Juni 2015

Makalah Metode Psikologi Perkembangan



MAKALAH
METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen : Dr. M. Hosnan, M.Pd





Disusun Oleh:
1.      Deni Herdiana
2.      Didi Ardi
3.      Diyan Putri Utami
4.      Sri Rahayu Lestari


Kelas : 2A


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2014
 







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Perkembangan memiliki sifat holistik (menyeluruh/kompleks) yaitu : terdiri dari berbagai aspek baik fisik ataupun psikis, terjadi dalam beberapa tahap (saling berkesinambungan), ada variasi individu dan memiliki prinsip keserasian dan keseimbangan.
Perkembangan Individu memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: Never ending process (perkembangan tidak akan pernah berhenti), Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi (aspek emosional, aspek disiplin, aspek agama dan aspek sosial),Perkembangan mengikuti pola/arah tertentu (karena perkembangan individu dapat terjadi perubahan perilaku yang dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan)
Untuk terjadinya sebuah perubahan pada setiap individu ada beberapa pendekatan dan metode untuk mengetahui setiap perkembangan yang terjadi pada setiap individu.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa saja pendekatan yang dilakukan dalam psikologi perkembangan?
2.      Apakah manfaat pendekatan Cross-sectional bagi para peneliti?
3.      Apakah metode yang digunakan dalam psikologi perkembangan?
4.      Apa pentingnya psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan?

1.3    Tujuan
1.      Mengetahui pendekatan yang dilakukan dalam psikologi perkembangan.
2.      Mengetahui manfaat pendekatan Cross-sectional bagi para peneliti.
3.      Mengetahui metode yang digunakan dalam psikologi perkembangan.
4.      Mengetahui pentingnya psikologi perkembangan dalam dunia pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pendekatan Psikologi Perkembangan
Dalam buku Desmita (Psikologi Perkembangan) dan buku karya Prof. Dr. F.J Monks dkk (Psikologi Perkembangan), ada beberapa pendekatan dalam psikologi perkembangan yang bersifat pendekatan umum, yaitu:
1)        Pendekatan Cross-sectional (Pendekatan Transversal)
Pendekatan Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat, sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan hormone, dan lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek kepribadian seseorang. Melalui pendekatan kros-sektionalini dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan utama dalam pendekatan cros-sectional ini adalah bahwa para peneliti tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh. Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2)        Pendekatan Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan ini adalah :
·           Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
·           Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu dalam kelompok.
·           Memungkinkan melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang sama.
·           Memberikan kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan ini adalah :
·           Membutuhkan waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
·           Memerlukan banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
·           Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan, misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.

3)        Pendekatan Sekuensial
Untuk mempelajari perkembangan rentang hidup, sejumlah pakar psikologi perkembangan juga menggunakan kombinasi dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Kombinasi pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal inilah yang dinamakan pendekatan sekuensial. Dalam banyak hal, pendekatan ini mulai dengan studi kros-sektional yang mencakup individu dari usia yang berbeda. Berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengukuran awal, individu yang sama diuji lagi (ini merupakan aspek longitudinal dari rancangan) Pada waktu selanjutnya,, sekelompok subjek baru diukur pada masing-masing tingkat usia. Kelompok baru pada masing-masing tingkat ditambahkan pada waktu berikutnya untuk mengontrol perubahan yang (gugur) dari studi, atau pengujian ulang mungkin telah meningkatkan kinerja mereka.
Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal, dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari pendekatan kros-sektional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor (generasi) pada perkembangan rentang hidup.

4)        Pendekatan Cross-cultural
Pendekatan cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengetahui perbedan-perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan ini akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri kepribadian dan perkembangan-perkembangan kogniotif.
Pendekatan ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa persamaan dan perbedaanya. Dengan pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes, misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau norma-norma yang dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat dibuktikan kebenaranya. Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya ini.
Dengan demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat berbeda.

2.2    Metode-metode dalam psikologi perkembangan
Suatu metode penyelidikan dalam suatu ilmu adalah suatu keharusan mutlak adanya. Apalagi kalau ilmu itu telah berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh adanya metode-metode tersendiri untuk menyelidiki terhadap suatu obyeknya.
Obyek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam yang komplek dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup yang dinamis; selalu berubah untuk maju menuju kesempurnaannya. Oleh karena itu penggunaan untuk sesuatu metode yang bagaimana baiknyapun pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak. Sebab setiap metode pasti punya kelemahan-kelemahan disamping kebaikan-kebaikannya.
Dengan demikian dalam menyelidiki psikologi, hendaknya juga dipergunakan banyak metode-metode yang mungkin. Ini dimaksud agar kelemahan-kelemahan metode yang satu dapat ditutup oleh kesempurnaan pada metode yang lain.
Sebetulnya setiap manusia dewasa yang normal meskipun belum mempelajarai metode-metode psikologi, tetapi karena pengalaman-pengalaman hidupnya, adanya intraction dengan dunia sekitar, ia dapat pula memahami metode-metode tersebut. Apalagi kalau dia mau mempelajari secara teori, maka akan dapat direnungkan sesuatu metode untuk penyelidikan psikologi. Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka akan didapatkan metode-metode sebagai berikut.
a.       Metode yang bersifat filosifis
b.      Metode yang bersifatv empiris.
a.      Metode yang bersifat filosofis ada beberapa macam, antara lain :
1)        Metode intuitip
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Dalam keadaan yang terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesama kita atau benar-benar ingin kita ketahui keadaannya, melalui kesan-kesan terhadap orang-orang tersebut. Langkah-langkah seperti ini justru kesan-kesan pertamalah yang paling besar perananannya dalam pengambilan kesimpulan. Sudah barang tentu metode ini kurang memenuhi syarat. Karena harus dikombinasikan dengan metode-metode lainguna memperoleh kesimpulan yang valid.

2)        Metode Kontemplatif
Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan obyek yang akan diketahui dengan mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif. Dalam arti murni tidak tercampur dengan alat alat yang lain serta tidak tercampur pula dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat lahiriyah dan biologis. Kalau ini dapat dicapai, maka pikiran benar-benar dalam keadaan obyektif sehingga dapat mencapai hakikat obyek yang dituju. Metode itu pada dewasa ini rupa-rupanya tidak sepopuler metode yang bersifat empiris. Karena hasilnya dianggap terlalu spekulatif. Namun demikian metode ini masih digunakan dalam dunia psikologi.

3)      Metode filosofis religius
Metode ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama untuk meniliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu merupakan kebnenaran-kebenaran absolut dan pasti benar. Dengan pernyataan lain kita meyelidiki jiwa manusia berserta segala seginya dengan menggunakan materi-materi yang tertera dalam kitab suci sebagai norma standar penilaian.
b.      Metode yang bersifat empiris dapat dibagi menjadi :
1)      Metode observasi
Pada dasarnya metode ini adalah metode yang paling dasardilakukan dari semua metode yang ada. Yakni mengadakan pengamatan secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Agar semuya aktivitas anak yang diselidiki selalu wajar. Kegiatan ini harus diiringi dengan pencataan hasil secara teliti dari gejala yang ada. Dalam hal ini observer dapat melalui tiga cara, yaitu:
(a)    Introspeksi (retrospeksi)
(b)   Introspeksi eksperimental
(c)    Ekstrospeksi
(a)      Metode introspeksi
Istilah “introspeksi” berasal dari bahasa latin (intro: dalam; dan spektare: melihat). Jadi pada introspeksi individu mengalami sesuatu, dan ia sendiri dapat pula mengamati, mempelajarai apa yang dihayati itu. Dengan kata lain: setelah penghayatan itu terjadi, individu melihat kembali kepada penghayatan itu. Maka metode introspeksi sering juga disebut “retropeksi”, yang berarti: melihat kembali. Oleh karena itu menurut Wilhelm Wundt (Jerman) istilah introspeksi ini kurang tepat, yang lebih tepat ialah retrospeksi (retro = kembali; dan rektare = melihat). Dapat dimengerti karena dengan metode ini, penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri, dan bukan apa yang sedang terjadi didalam dirinya, sehingga istilah retrospeksi akan lebih tepat dari pada introspeksi.
Introspeksi atau retrospeksi yang dilakukan secara jujur, obyektif dan tepat merupakan sumber pengetahuan jiwa yang utama dan sekaligus menjadi dasar pengetahuan bagi ekstrospeksi. Karena pada introspeksi observer mendapatkan data-data tentang kejiwaan manusia dari laporan manusia yang diamati, dan biasanya yang melakukan introspeksi dalam rangka mempelajari proses kejiwaan manusia itu adalah ahli-ahli ilmu jiwa, sehingga ia dapat menyelidiki terhadap dirinya sendiri tentang proses-proses kejiwaan yang ingin diselidiki.
Kelemahan-kelemahan dalam metode introspeksi:
(1)             Kesulitan pada manusia melakukan dua tugas menghayati dan mengingat kembali.
(2)             Pada introspeksi faktor ingatan kadang-kadang menghambat proses, yaitu adanya faktor-faktor kelupaan dan pencampur adukan antara fantasi dan ingatan.
(3)             Kekurangan perbendaharaan bahasa didalam melukiskan kembali peristiwa-peristiwa jiwa yang sudah dan sedang terjadi.
(4)             Kadang-kadang diragukan obyektivitasnya oleh karena adanya ketidakjujuran (rasa segan, malu dan perasaan-perasaan lain yang menunjukan kelemahan sendiri).
(b)     Metode introspeksi eksperimental
Istilah “introspeksi eksperimental” ialah: suatu metode introspeksi, yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan eksperimen, sebagai upaya dalam mengatasi sifat subyektivitas dari metode introdpeksi. Pada introspeksi murni, hanya diri penyelidik yang menjadi obyek, akan tetapi pada introspeksi eksperimental, jumlah subyek terdiri dari beberapa orang yang di eksperimentasi. Sehingga dengan banyaknya subyek penyelidikan hasilnya akan lebih bersifat obyektif. Sebagai contoh dalam menjelaskan masalah tersebut diatasdapat digambarkan dalam uraian sebagai berikut:
Dalam metode introspeksi murni, hanya penyelidik sendiri yang menjadi obyek, dirinya sendiri yang menjadi ukuran segala-galanya, dan kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan individual. Karena hanya berdasarkan atas diri sendiri. Tetapi dalam introspeksi eksperimental tidak demikian halnya, melainkan sebaliknya. Yakni: jumlah subyek yang banyak itu dicoba, mengenai pemecahan mengenai pemecahan suatu masalah (problem solving). Setelah itu masing-masing individu disuruh mengadakan introspeksi apa yang terjadi dalam dirinya sewaktu mereka memecahkan masalah. Dari hasil masing-masing individu disimpulkan hingga merupakan suatu kesimpulan umum, yang berdasar pada introspeksi eksperimental. Dengan demikian sifat subyektifitas dari metode introspeksi dapat diatasi dengan menggunakan subyek yang lebih banyak. Penyusun metode ini adalah seoarng murid Wilhelm Wundt bernama Oswald Kuple, yang kemudian mendirikan mazhab Wurzburg di Jerman.
(c)        Metode Ekstrospeksi
Arti kata ekstrospeksi ialah melihat keluar (ekstro = keluar, dan speksi berasal dari bahasa latin, sopektare = melihat). Jadi ekstrokpeksi adalah : suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan men coba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukan dari mimik dan pantomimik orang lain.
Metode ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi. Pada metode ekstrospeksi subyek penyelidikan bukan dirinya sendiri, melainkan orang lain.orang akan dapat mengatakan atau mewujudkan suatu yang terjadi pada orang lain, juga berdasarkan keadaan dirinya sendiri. Oleh karena itu metode eksatrospeksi sebenarnya juga berdasarkan metode intropeksi, sebab orang dapat mengatakan dalam keadaan susah, gembira , tergesa-gesa, dan lain sebagainya, oleh karena ia dalam keadaan tertentu juga mengalami hal-hal yang demikian itu. Dengan demikian kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi sedikit banyak juga akan terdapat juga pada metode ekstropeksi.

2)      Metode Klinis
(kline = tempat tidur, klinoo = berbaring, kliniek = lembaga untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit). Maka yang disebut metode klinik ialah, nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang diterapkan dalam psikoligi ialah : kombinasi dari bantuan klinis medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap pasien. Observasi dilakukan dalam ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang cukup, untuk meneliti segala tingkah laku pasien. Dengan sangat hati-hati para petugas (dokter, psikiater, psikolog, pekerja sosial) mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai bermacam-macam hal yang ada kaitannya dengan penyakit atau gangguan mentalnya, untuk kemudian mengelasifikasikan jawaban-jawaban tersebut. Lalu orang mengambil kesimpulan terakhir, yaitu mengadakan pranogsa (menentukan sebelumnya proses penyakitnya, diagnosa atau pemastian dari gejala, dan menetukan therapi atau usaha penyembuhan. Metode kilinis ini merupakan gabungan dari metode-metode observasi, eksperimen, dan medis.
Metode klinis sering dipergunakan oleh para psikolog (Freud dan pengikut-pengikutnya) dan psikolog anak. Sebab orang memaklumi, bahwa para penderita gangguan jiwa dan anak-anak kecil, pada umumnya tidak mampu Melakukan introspeksi terhadap dorongan-dorongan dan tingkah laku diri sendiri. Sehingga pada mereka perlu diterapkan metode klinis. Sebab dengan metode klinis ini dapat dilakukan observasi yang ketat terhadap gejala-gejala ketidaksadaran dan gejala dibawah sadar, yang dimanifestasikan dalam aneka tingkah laku yang aneh-aneh.

3)      Metode Pengumpulan
Metode pengumpulan ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian membanding-bandingkannya dan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
Metode ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, adalah sebagai berikut.
1.        Angket
Angket ialah penyelidikan yang dilakukan dengan memberikan daftar pernyataan mengenai gejala-gejala kejiwaan yang ditujukan kepada sejumlah besar manusia, sehingga berdasarkan jawaban yang diperolehnya dapat diketahui keadaan jiwa seseorang atau sekumpulan orang.
Menurut cara mendapatkan jawaban, angket dapat dibagi:
a.         Angket langsung
Angket langsung adalah angket yang jawabannya dibuat sendiri oleh orang-orang yang diselidiki. Angket ini mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya karena jawabannya berdasarkan instropeksi yang dilakukan oleh yang diselidiki.
b.        Angket tak langsung
Angket tak langsung ialah angket yang dijawab oleh seseorang mengenai keadaan jiwa orang lain. Misalnya, guru menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang muridnya, dokter menjawab tentang pasiennya, dan sebagainya.
Menurut luas objeknya angket dapat pula dibagi:
a.         Angket umum
Angket umum ialah angket yang bertujuan untuk memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya mengenai jiwa (psikografi) seseorang.
b.        Angket khusus
Angket khusus ialah angket yang bertujuan untuk memperoleh gambaran-gambaran khusus mengenai satu hal saja. Misalnya, mengenai watak seseorang.

2.        Metode Riwayat Hidup (biografi)
Metode riwayat hidup (biografi) ialah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku harian dan kenang-kenangan besar sekali faedahnya.

3.        Metode pengumpulan bahan-bahan
Metode pengumpulan bahan-bahan ialah dengan cara mengumpulkan permainan-permainan, gambar-gambar, karangan-karangan, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dikumpulkan oleh orang tua, guru, lembaga, dan sebagainya. Pekerjaan ini besar sekali artinya dalam penyelidikan perkembangan jiwa anak.

4)      Metode Eksperimental
Metode eksperimental ialah dengan sengaja menimbulkan gejala-gejala kejiwaan untuk diselidiki. Metode ini memiliki dua macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Eksperimen
Eksperimen ialah pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu guna mempelajari gejala-gejala yang ditimbulkan dengan sengaja, untuk menetapkan sifat-sifat yang ditimbulkan dengan gejala-gejala kejiwaan manusia. Jadi tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan manusia tersebut misalnya mengenai pikiran manusia, perasaan manusia, kemauan manusia, ingatan manusia, fantasi manusia, dan sebagainya. Oleh sebab itu, eksperimen berguna dalam ilmu jiwa umum.

2.      Tes
Tes ialah percobaan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau segolongan orang.
Tujuan dari tes ini ialah untuk mengetahui susunan jiwa dalam hal-hal yang khusus, misalnya kecerdasan seseorang, ingatan, fantasi, dan sebagainya. Karena itu, tes berguna dalam ilmu jiwa khusus. Dan inilah perbedaannya dengan eksperimen.
Macam-macam tes,  adalah sebagai berikut.
Menurut pekerjaan yang diselidiki tes dapat dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya:
1)      Tes kecerdasan
2)      Tes perhatian
3)      Tes ingatan dan sebagainya
Menurut orang yang diselidikinya tes dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1)      Tes perseorangan
2)      Tes gerombolan
Menurut cara menilai jawabannya, tes dapat dibagi pula dalam 2 macam, yaitu:
1)      Tes alternatif
Tes alternatif ialah menilai dengan betul atau salah.
2)      Tes gradual
Tes gradual ialah menilai dengan beberapa tingkatan, misalnya: salah sama sekali, salah sedikit, agak betul, hampir betul, dan sebagainya.

5)      Metode Cross Section Methode
Pelaksanaan metode ini adalah dengan meneliti seseorang atau sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk selanjutnya hasilnya dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya, dan kemudian disimpulkan sebagai wujud hasil akhir penelitian. Metode ini pernah digunakan oleh Arnold Gesell.

6)      Metode Longitudinal – Methode
Operasionalisasi dari metode ini adalah dengan cara meneliti seseorang atau beberapa orang anak tertentu dimulai dari dalam kandungan, sampai lahir hingga dewasa, tanpa diadakan cross (silang). Di dalam metode ini perlu diingat akan kemungkinan gangguan kontinuitas penelitian, antara lain, pindah tempat, meninggal dunia, sakit, dan lain-lain. Metode ini pernah digunakan oleh Williard C. Olson.
Setelah menggunakan metode-metode tertentusebagaimana yang telah diterangkan di atas, akan memperoleh sejumlah data yang diperlukan.
Untuk selanjutnya dianalisis dalam rangka memperoleh kesimpulan hasil penyelidikan gejala jiwa anak.
Agar apat diperoleh hasil yang lebih baik, maka seyogianya penelitian dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.    Mampu mendeskripsi atau mengasosiasikan keadaan gejala jiwa yang timbul pada diri anak.
b.    Menganalisis atau menelaan gejala jiwa tersebut, dengan mendasarkan pada teori-teori psikologi, secara cermat.
c.    Menarik kesimpulan, untuk dapat menentukan alternatif kebijaksanaan penyelesaian yang harus segera diambil.

2.3    Pentingnya Psikologi Perkembangan dalam Pendidikan
Pentingnya psikologi perkembangan dalam pendidikan antara lain :
1)      Sebagai pendidik, guru perlu mengetahui perubahan-perubahan fisik, mental dan sosio emosional peserta didik.
2)      Pengetahuan psikologi perkembangan berguna bagi pendidik, guru untuk memperbaiki pribadi sendiri, yang harus menjadi teladan bagi para peserta didiknya.
3)      Dengan memahami psikologi perkembanganj, dapat memudahkan pendidik guru dalam memodifikasi perangsang-perangsang pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.























BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Dari paparan materi yang terdapat di makalah diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk mengetahui berbagai perkembangan yang terjadi pada setiap manusia atau individu perlu diadakannya penelitian baik melalui sebuah pendekatan maupun melalui metode-metode yang ada sesuai dengan kebutuhan. Dalam perkembangan manusia dapat diketahui dari berbagai aspek yang mempengaruhinya baik secara internal maupun eksternal.
Dalam pendekatan dan metode psikologi perkembangan, pendekatan yang lebih umum memberikan pengertian akan keseluruhan proses perkembangan atau beberapa aspeknya. Sedangkan beberapa metode dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan, beberapa metode yang lain lagi memberikan pengetian bagaimana caranya mengatasi hambatan dalam proses perkembangan.

3.2    Saran
Sebagai orang tua atau sebagai seorang pendidik hendaklah kita mengetahui berbagai macam perkembangan yang terjadi pada setiap anak atau peserta didik yang dihadapi karena sebuah perkembangan tidak akan lepas dari pendekatan dan metode-metode dari perkembangan.









DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta: Jakarta.
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. APTIK: Jakarta.
Monks, F.J, dkk. 1992. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Soejanto, Agoes. 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta: Jakarta.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Kepemimpinan Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.